TONSILITIS KRONIS
I.
KONSEP PENYAKIT
1.1
Definisi
Tonsilitis
adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A Streptococcus
beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh
infeksi virus.
Tonsilitis
adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan terutama pada anak-anak. Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang
disebabkan oleh infeksi.
Tonsilitis
Kronik adalah tonsilitis akibat dari peradangan, faktor predisposisi ;
rangsangan kronik (rokok dan makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut
yang tidak adekuat dan hygien mulut yang tidak baik/buruk.
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Tonsilitis adalah suatu peradangan
pada tonsil yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok Streptococcus beta
hemolitik, Streptococcus viridons dan Streptococcus pyrogenes namun disebabkan
juga oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus.
1.2
Etiologi
Etiologi
menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah sebagai berikut :
·
Streptokokus
Beta Hemolitikus
Streptokokus beta
hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat berkembang biak
ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran nafas akut.
·
Streptokokus
Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis
adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang tumbuh dalam rantai panjang dan
menyebabkan infeksi streptokokus group A. Streptokokus Pyogenesis adalah
penyebab banyak penyakit penting pada manusia berkisar dari infeksi khasnya
bermula ditenggorakan dan kulit.
·
Streptokokus
Viridans
Streptokokus viridans
adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal yang baik a-hemolitik,
menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans memiliki kemampuan yang
unik sintesis dekstran dari glukosa yang memungkinkan mereka mematuhi agregat
fibrin-platelet dikatup jantung yang rusak.
·
Virus
Influenza
Virus influenza adalah
virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza). Virus ini ditularkan
dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala umum yang terjadi yaitu
demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat. Dalam kasus yang
buruk influenza juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.
1.3
Tanda
dan Gejala
Menurut
Megantara, Imam 2006
Gejalanya
berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama).
Gejala
lain :
Demam,
Tidak enak badan, Sakit kepala, Muntah
Menurut
Mansjoer, A (2001) gejala tonsilitis antara lain :
·
Pasien
mengeluh ada penghalang di tenggorokan
·
Tenggorokan
terasa kering
·
Persarafan
bau
·
Pada
pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan
terisi detritus
·
Tidak
nafsu makan
·
Mudah
lelah
·
Nyeri
abdomen
·
Pucat
·
Letargi
·
Nyeri
kepala
·
Disfagia
(sakit saat menelan)
·
Mual
dan muntah
Gejala
pada tonsillitis akut :
·
Rasa
gatal / kering di tenggorokan
·
Lesu
·
Nyeri
sendi
·
Odinafagia
·
Anoreksia
·
Otalgia
·
Suara
serak (bila laring terkena)
·
Tonsil
membengkak
Menurut
Smelizer, Suzanne (2000)
Gejala
yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
Menurut
Hembing, (2002) :
·
Dimulai
dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan,
kadang-kadang muntah.
·
Tonsil
bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan,
kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
·
Pada
tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah
pada lekukan tonsil.
1.4
Patofisiologi
Tonsilitis
menurut Nurbaiti (2001) terjadi karena bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh
melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi pada hidung atau
faring kemudian menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Adanya bakteri virus
patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga
tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat
mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat
berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit
tenggorokan, nyeri menelan, demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri
yang menjalar ke telinga.
1.5
Pemeriksaan
Penunjang
·
Tes
Laboratorium
Tes laboratorium ini
digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupkan
akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam renmatik, glomerulnefritis,
dan demam jengkering.
·
Pemeriksaan
penunjang
Kultur dan uji
resistensi bila diperlukan.
·
Terapi
Dengan menggunakan
antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang
mengandung desinfektan.
1.6
Komplikasi
Komplikasi
menurut Mansjoerm (2001) yang potensial pada tonsilitis yang memerlukan
pendekatan kolaboratif dalam perawatan adalah :
1.6.1
Abses
Peritonsilar (quinsy)
Biasanya timbul pada
pasien dengan tonsilitis berulang atau kronis yang tidak mendapat terapi yang
adekuat.
1.6.2
Abses
Parafaringeal
Timbul jika infeksi
atau pus (cairan abses) mengalir dari tonsil atau abses peritonsilar melalui
otot konstriktor superior, sehingga formasi abses terbentuk di antara otot ini
dan fascia servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada
area di mana pembuluh darah besar berada dan menimbulkan komplikasi serius.
1.6.3
Abses
Retrofaringeal
Keadaan ini biasanya
disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan, dan benjolan pada dinding
posterior tenggorok, dan bisa menjadi sangat berbahaya bila abses menyebar ke
bawah ke arah mediastinum dan paru-paru.
1.6.4
Tonsilolith
Tonsilolith adalah
kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium karbonat, fosfat, dan
debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya menyebabkan
ketidaknyamanan, bau mulut, dan ulserasi (ulkus bernanah).
1.6.5
Kista
Tonsil
Umumnya muncul sebagai
pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau kekuningan sebagai akibat
terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.
1.6.6
Komplikasi
Sistemik
Kebanyakan komplikasi
sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di
antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, dan
bakterial endokarditis yang dapat menimbulkan lesi pada katup jantung
1.7
Penatalaksanaan
Pada
penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan status
nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu dilakukan
tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan kesulitan
menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan / anoreksia.
Pada
penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif (tonsilektomi),
perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi, sedangkan untuk
mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan vitamin C dan B.
Pemantauan
pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan karena resiko
komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan kenyamanan adalah kepala
dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk
mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan
reflek menelanya telah pulih.
Jika
pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau berwarna merah terang
pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernafasan meningkat
dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat harus mempunyai alat
yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap perdarahan, sumber
cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang. Jika perlu
dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan anastesi umur
untuk menjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi perdarahan berlanjut
beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk menghindari banyak
bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri tengkorak.
Setelah
dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan normal salin
hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang mungkin ada. Diet
cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan gelatin adalah
makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah
harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena
makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.
I.
Rencana asuhan keperawatan dengan
gangguan Tonsilitis Kronis
1.1
Pengkajian
1.1.1
Riwayat
Keperawatan
a.
Keluhan
Utama :
Klien
mengatakan nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan.
b.
Keluhan
Tambahan :
c.
Suara
serak, Merasa lesu, Tidak nafsu makan, Nafas berbau
d.
Alasan
masuk rumah sakit :Nyeri yang tidak tertahankan
e.
Riwayat
penyakit lalu :Belum pernah mengalami penyakit pernapasan
f.
Riwayat
penyakit sekarang :
Awalnya klien demam
selama 2 hari. Kemudian klien mengukur suhu dan diperoleh suhu 38,2 0C. Setelah
itu klien memutuskan untuk periksa ke rumah sakit X, karena ia mengalami nyeri
pada tenggorok dan sakit saat menelan. Saat dilakukan pemeriksaan bagian mulut
terjadi pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring. Klien kemudian
disarankan untuk dilakukan pemeriksaan kultur : usap tonsilar. Ternyata
hasilnya positif terdapat Streptococcus group A. Tim medis menyarankan klien
untuk dilakukan operasi dan klien menyetujui.
1.1.2
Pemeriksaan
Fisik : Data Fokus
a.
Aktivitas
/ istirahat
Gejala : kelemahan,
kelelahan ( fatigue)
b.
Sirkulasi
Tanda : - Takikardia,
Hiperfentilasi ( respons terhadap aktivitas)
c.
Integritas
Ego
Gejala : - Stress, Perasaan
tidak berdaya
Tanda : - Tanda- tanda
ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit
d.
Eliminasi
Gejala : - Perubahan
pola berkemih
Tanda : - Warna urine
mungkin pekat
e.
Maknan
/ cairan
Gejala : - Anoreksia,
Masalah menelan, Penurunan menelan
Tanda : - Membran
mukosa kering, Turgor kulit jelek
f.
Nyeri
/ kenyamanan
Gejala : - Nyeri pada
daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan, Nyeri tekan pada daerah sub
mandibula.
Faktor pencetus :
menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui oral, obat-obatan.
Tanda : - Wajah
berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit.
1.1.3
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Tes
Laboraturium
Digunakan untuk
menentukan apakah bakteri yang ada didalam tubuh pasien merupakan akteri Grup
A, Karena grup ini disertai dengan demam, reumatik, glomerulnefritis.
2.
Pemeriksaan
penunjang kultur dan uji resistensi bila diperlukan.
3.
Terapi
Menggunakan antibiotik
spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung
desinfektan.
1.2
Diagnosa
Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa
1: Nyeri Akut (00132)
1.2.1
Definisi
Pengalaman
sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association For The Study Of
Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.
1.2.2
Batasan Karakteristik
-
Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya (mis, Neonatal Infant Pain Scale, Pain Assessment Checklist for Senior with
Limited Ability to Communicate)
-
Diaforesis
-
Dilatasi pupil
-
Ekspresi wajah nyeri (mis, mata kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpancar atau tetap pada satu fokus, meringis)
-
Fokus menyempit (mis, persepsi waktu, proses berfikir,
interaksi dengan orang dan lingkungan)
-
Fokus pada diri sendiri
-
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri
(mis, Skala Wong-Baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik)
-
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan
standar instrument nyeri (mis, McGill
Pain Questionnaire Brief Pain Inventory)
-
Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas (mis,
anggota keluarga, pemberi asuhan)
-
Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis,
waspada)
-
Perilaku distraksi
-
Perubahan pada parameter fisiologi (mis, Tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi pernafasan, saturasi oksigen, dan endtidal karbondioksida)
-
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
-
Perubahan selera makan
-
Putus asa
-
Sikap melindungi area nyeri
-
Sikap tubuh melindungi
1.2.3
Faktor yang berhubungan
-
Agens cedera biologis (mis, infeksi, iskemik, neoplasma)
-
Agens cedera fisik (mis, abses, amputasi, luka bakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)
-
Agens cedera kimiawi (mis, luka bakar, kapsaisin, metilin
klorida, agens mustard)
Diagnosa
2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
1.2.4
Definisi
Asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
1.2.5
Batasan
Karakteristik
-
Berat
badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal
-
Bising
usus hiperaktif
-
Cepat
kenyang setelah makan
-
Diare
-
Gangguan
sensasi rasa
-
Kehilangan
rambut berlebihan
-
Kelemahan
otot penguyah
-
Kelemahan
otot untuk menelan
-
Kerapuah
kepiler
-
Kesalahan
informasi
-
Kesalahan
persepsi
-
Ketidamampuan
menelan makanan
-
Kram
abdomen
-
Kurang
informasi
-
Kurang
minat pada makanan
-
Membran
mukosa pucat
-
Nyeri
abdomen
-
Penurunan
berat badan dengan aspuan makanan adekuat
-
Sariawan
rongga mulut
-
Tonus
otot menurun
1.2.6
Faktor
yang berhubungan
-
Faktor
biologis
-
Faktor
ekonomi
-
Gangguan
psikososial
-
Ketidakmampuan
makan
-
Ketidakmampuan
mencerna makanan
-
Ketidakmampuan
mengabsorpsi nutrien
-
Kurang
asupan makanan
1.3 Perencanaan
Diagnosa I : Nyeri Akut
1.1.1
Tujuan
dan kriteria hasil
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama
.......x1
jam,diharapakan nyeri berkurang dengan kriteria :
1.
Tingkat Kenyamanan :
Tingkat persepsi positif
terhadap kemudahan fisik dan psikologis
2.
Pengendalian diri :
Tindakan individu untuk
mengendalikan nyeri
3.
Tingkat nyeri :
Keparahan nyeri yang dapat diamati
atau dilaporkan
·
Memperlihatkan pengendalian nyeri yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5:tidak pernah,
jarang,kadang-kadang,sering, atau selalu)
·
Menunjukkan tingkat nyeri , yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut ( sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada): Ekspresi
nyeri pada wajah, gelisah atau ketegangan otot, durasi nyeri, merintih dan
menangis, gelisah.
1.1.2
Intervensi
dan rasional
a.
Manajemen
Nyeri: (Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien)
b.
Pemberian Analgesik : (Menggunakan
agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri)
c.
Manajemen Medikasi : Memfasilitasi
penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif
d.
Bantuan Analgesia : Memudahkan
pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
e.
Manajemen Sedasi : Memberikan sedatif,
memantau respons pasien, dan memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan
selama prosedur diagnostik atau terapeutik
Pengkajian
-
Gunakan
laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian
-
Minta
pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0=
tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10 = nyeri hebat)
-
Gunakan
bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
efek sampingnya
-
Kaji
dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respons
pasien
-
Dalam
mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
-
Manajemen Nyeri (NIC)
Lakukan pengkajian
nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas , intensitas atau keparahan nyerim dan faktor
presipitasinya
Observasi isyarat
nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi
efektif
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
-
Sertakan
dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum , frekuensi
pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengonsumsi obat tersebut (misalnya , pembatasan aktivitas fisik ,
pembatasan diet) dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
membandel
-
Instruksikan
pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai
-
Informasikan
kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang disarankan
-
Perbaiki
kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opioid (misalnya, risiko
ketergantungan atau overdosis)
-
Manajemen Nyeri (NIC) : berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan akibat
prosedur
-
Manajemen Nyeri (NIC) :
Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan-balik biologis, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hypnosis,
relaksasi, atau kompres hangat atau dingin, dan masase) sebelum, setelah, dan
jika memungkinkan, selama aktivitas yang menimbulkan nyeri; sebelum nyeri
terjadi atau meningkat; dan bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang
lain.
Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh (00002)
1.1.1
Tujuan
dan Kriteria Hasil
NOC
-
Selera
makan: keinginan untuk makan ketika dalam keadaan sakit atau sedang menjalani
pengobatan
-
Status
Gizi: Tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolik
-
Status
Gizi: Pengukuran Biokimia: Komponen dan kimia cairan tubuhyang mengidentifikasi
status nutrisi
-
Status
Gizi: Asupan Makanan dan Cairan: Jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi
tubuh selama waktu 24jam
-
Status
Gizi: Asupan Gizi: Keadekuatan pola asupan gizi yang biasanya
-
Perawatan-Diri:
Makan: Kemampuan untuk mempersiapkan dan mengingesti makanan dan cairan secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
-
Berat
Badan: Massa Tubuh: Tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak dengan tinggi
badan, rangka tubuh, jenis kelamin, dan usia.
Tujuan/Kriteria Hasil
-
Memperlihatkan
Status Gizi: Asupan Makanan dan Cairan.
a.
Tidak
adekuat
b.
Sedikit
adekuat
c.
Cukup
adekuat
d.
Adekuat
e.
Sangat
adekuat
Pasien
Akan:
-
Mempertahankan
berat badan dan menambah berat badan
-
Menjelaskan
komponen diet bergizi adekuat
-
Mengungkapkan
tekad untuk mematuhi diet
-
Menoleransi
diet yang dianjurkan
-
Mempertahankan
masa tubuh dan berat badan dalam batas normal
-
Memiliki
nilai laboratorium (mis, transferin, albumin, dan elektrolit) dalam batas
normal
-
Melaporkan
tingkat energi yang adekuat
1.1.2
Intervensi
keperawatan dan rasional
Intervensi NIC
-
Manajemen
Gangguan Makan: Mencegah dan menangani pembatasan diet yang sangat ketat dan
aktivitas yang berlebihan atau memasukan makanan dan minuman dalam jumlah
banyak kemudian berusaha mengeluarkan semuanya
-
Manajemen
Elektrolit: meningkatkan keseimbangan elektrolit dan pencegahan komplikasi
akibat dari kadar elektrolit dan pencegahan komplikasi akibat dari kadar
elektrolit serum yang tidak normal atau diluar harapan
-
Pemantauan
Elektrolit: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur
keseimbangan elektrolit
-
Pemantauan
Cairan: Pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan
-
Manajemen
Cairan/Elektrolit: Mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar
cairan/elektrolit
-
Manajemen
Nutrisi: membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang
-
Terapi
Nutrisi: Pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik pasien
yang malnutrisi atau berisiko tinggi terhadap malnutrisi
-
Pemantau
Nutrisi: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah dan
meminimalkan kurang gizi
-
Bantuan
Perawatan-Diri: Makan: Membantu Individu untuk makan
-
Bantuan
Menaikan Berat badan: memfasilitasi pencapaian kenaikan berat badan.
Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
-
Tentukan
motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
-
Pantau
nilai laboraturium, khususnya transferin, albumin, elektrolit
-
Manajemen
Nutrisi (NIC):
Penyuluhan untuk Pasien/Keluarga
-
Ajarkan
metode untuk perencaan makanan
-
Ajarkan
tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
-
Manajemen
Nutrisi (NIC):
Aktivitas Kolaboratif
-
Diskusikan
dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang mengalami
ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein.
-
Diskusikan
dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan pelengkap, pemberian
makanan melalui slang, atau nutrisi parental total agar asupan kalori yang
adekuat dapat dipertahankan.
-
Rujuk
kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
-
Rujuk
keprogram gizi dikomunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat membeli atau
menyimpan makanan yang adekuat
-
Manajemen
Nutrisi (NIC):
Aktivitas Lain
-
Buat
perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan, lingkungan
makan, kesukaan, dan tidaksukaan pasien, serta suhu makanan
-
Dukung
anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah
-
Bantu
pasien menulis tujuan mingguan yang realitis untuk latihan fisik dan asupan
makanan
-
Anjurkan
pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik dilokasi yang terlihat
jelas dan kaji ulang setiap hari
-
Tawarkan
makanan dengan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
-
Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan untuk makan (mis, pindahkan barang-barang dan
cairan yang tak sedap dipandang)
-
Hindari
prosedur invasif sebelum makan
III. DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall ( 2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E ( 1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Mansjoer,
et all . ( 2001) . Kapita Selekta
Kedokteran . Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne & Bare, B E .
(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah , Brunner & Suddarth , ed . 8 . Jakarta ; EGC
Wilkinson, Judith.2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
hasil NOC Edisi 7. Jakarta:EGC.